RSS

Jangan Latah!

Yakni, jangan mudah mengenakan dan meniru-meniru ciri kepribadian umat lain. Karena, itu akan menjadi petaka yang tak mudah reda bagimu. Orang-orang yang lupa dengan dirinya sendiri, suaranya, gerakan tubuhnya, ucapannya, kemampuannya, dan kondisinya sendiri, kebanyakan akan meniru-niru budaya bangsa lain. Dan itulah yang disebut dengan latah, mengada-ngada, berpura-bupa, dan membunuh paksa bentuk dan wujud dirinya sendiri.


Sejak zaman Nabi Adam hingga makhluk terakhir ciptaan Allah, tak pernah ada dua orang yang sama persis rupanya. Maka, mengapa masih ada orang-orang yang memaksa diri untuk menyamakan perilaku dan kepribadiannya dengan bangsa lain ?
Anda merupakan sesuatu yang lain daripada yang lain. Tak ada seorang pun yang menyerupai Anda dalam catatan sejarah kehidupan ini. Belum pernah ada seorang pun yang diciptakan sama dengan
Anda, dan tidak akan pernah ada orang yang serupa dengan Anda di kemudian hari.
Anda sama sekali berbeda dari Zaid dan ‘Amr. Karenanya, jangan memaksa diri untuk berbuat latah dan meniru-niru kepribadian orang lain !


Tetaplah berpijak dan berjalan pada kondisi dan karakter Anda sendiri.
{Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) }

(QS. Al-Baqarah: 60)


{Dan, bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. }
(QS. Al-Baqarah: 148)

Hiduplah sebagaimana Anda diciptakan; jangan mengubah suara, mengganti intonasi, dan jangan pula merubah cara berjalan Anda ! tununlah diri Anda dengan wahyu Ilahi, tetapi juga jangan melupakan kondisi Anda dan membunuh kemerdekaan Anda sendiri.
Anda memiliki corak dan warna tersendiri. Dan kami menginginkan agar Anda tetap seperti itu; dengan corak dan warna Anda sendiri. Sebab Anda memang diciptakan demikian adanya. Kam mengenal Anda seperti itu, maka jangan pernah latah dengan meniru-niru orang lain.
Umat manusia dengan perbagai macam tabiat dan wataknya seperti alam tumbuhan: ada yang manis dan asam, dan ada yang panjang serta yang pendek. Dan seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika Anda seperti pisang, Anda tek perlu mengubah diri menjadi jambu, sebab harga dan keindahan Anda akan tampak jika Anda menjadi pisang.


Begitulah, sesungguhnya perbedaan warna kulit, bahasa dan kemampuan kita masing-masing merupakan tanda-tanda kebesaran Sang Maha Pencipta. Karena itu, jangan sekali-kali mengingkari tanda-tanda kebesaran-Nya.

Fatma Mulyardi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Betapa Hal Kecil Bisa Merubah Hidup Anda (1)

Anda mungkin sudah sangat sering mendengar nasehat ini, "api kecil adalah kawan, api besar adalah lawan". Maksudnya, saat api masih kecil ia adalah energi yang bersahabat dan menghangatkan. Akan tetapi, saat ia menjadi besar dan tidak terkendali, ia akan menjadi malapetaka yang menyengsarakan. Anda, biasa mencontohkannya dengan kebakaran.

Api yang kecil sering kita remehkan. Mungkin saja karena ia masih "no harm", cuma hangat dan sama sekali tidak panas. Api kecil kita remehkan hanya karena ia bersahaja dan bersahabat. Terus begitu sampai semuanya sudah terlambat. Itulah yang bisa terjadi sesungguhnya, yaitu sikap yang meremehkan. Maka, tidak jarang kita mendengar musibah kebakaran, yang terjadi "hanya karena" sepuntung rokok, setengah sisa lilin, atau sepercik sulut dari colokan AC yang "konslet".

Disadari atau tidak, Anda juga sangat mungkin sering memandang sesuatu dengan sebelah mata. Plastik kresek di tengah jalan. Botol air mineral yang menyumbat selokan. Sedikit air menggenang di batok kelapa yang telentang. Seulas oli yang merembes di sela-sela sil mesin kendaraan, dan sebagainya.

Bisa jadi, kita juga sering meremehkan apa yang ada pada orang lain. Orang yang cacat, orang yang tidak mampu, orang yang berpenampilan buruk, orang yang tak terdidik, orang yang ber-iq rendah, orang yang tidak bisa menyebutkan huruf "r" dengan benar, orang yang tidak ngganteng, dan sebagainya.

Bahkan disadari atau tidak, kita mungkin sudah terbiasa juga dalam meremehkan, apa-apa yang ada pada diri dan di dalam jiwa kita. Bahwa Anda perlu mencoba menulis, sebanyak Anda berbicara atau mendengar, Anda belum tentu melakukannya. Bahwa kita perlu secara teratur berolahraga, kita mungkin lebih memilih bergelung dipagi buta. Bahwa Anda perlu juga berekreasi dan tidak terlalu gila dalam bekerja. Bahwa Anda tidak perlu terlalu banyak bagadang. Bahwa Anda musti selalu berpikiran positif. Bahwa Anda perlu untuk sering bersilaturahim. Bahwa Anda perlu ikhlas dan menerima keadaan tanpa terlalu banyak bertanya, dan sebagainya.

Semua itu mungkin saja kita remehkan, sampai semuanya mulai terbuka. Terbuka menyeruak dan menunjukkan sikap protesnya. Maka, mulailah tubuh Anda merasa kurang fit. Hati Anda lebih mudah terguncang dan tergoyahkan. Fisik Anda mulai melemah. Pikiran Anda mulai kacau. Iri dan dengki mulai menghinggapi. Bermacam-macam implikasinya. Bagaimana dengan tekanan darah? Bagaimana dengan kondisi jantung yang mungkin bisa menjadi lemah?

Kesadaran itu seperti hampir selalu terlambat datangnya. Sebabnya, hanya karena kita telah terlanjur meremehkan dan menunda. Jika Anda tidak termasuk dalam contoh di atas, ya syukurlah. Anda, bisa jadi sehat jiwa dan raga. Congratulation!

HAL KECIL BISA MERUBAH HIDUP ANDA

Dua pertanyaan yang paling sering harus Saya jawab berkaitan dengan workshop sehari Saya adalah:

Apakah satu hari bisa merubah hidup Saya?
Apakah perubahan itu akan permanen sifatnya?

Saya biasa menjawabnya dengan gambaran yang sederhana. Saya jelaskan sambil bertanya, "apakah satu detik bisa merubah hidup seseorang?" Kemudian Saya jawab sendiri, "ya!" Bagaimana hal itu bisa terjadi? Di sinilah kita sering lupa, karena sebenarnya jawaban pertanyaan itu selalu berseliweran di depan mata Anda!

Bukan bermaksud mendoakan terjadinya musibah dan bencana, ini hanya gambaran dan cerita.

Seseorang yang terbiasa berkendaraan di jalan tol, mungkin saja meremehkan aktivitas berkendaranya. Jika tidak berhati-hati, "kemelengannya" akan membawa celaka. Dan "meleng" itu, adalah jelas sebuah tanda meremehkannya. Atau jikapun yang bersangkutan sudah cukup berupaya untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan kemudinya, mungkin saja tiba-tiba mobilnya pecah ban. Sangat mungkin bukan? Berapa detikkah itu terjadi? Berubahkan hidupnya? Berubahkah hidup keluarganya? Berubahkah hidup anak dan istri atau suaminya?

Sebuah pesawat yang terjun menghunjam ke laut dan terus merasuk sampai ke dasarnya, berapa detik? Kapal yang tenggelam ke dasar laut, berapa menit? Berubahkah kehidupan mereka, kehidupan sanak dan familinya? Ya! Hidup ini tidak akan pernah sama lagi bagi mereka.

Tapi Pak Sopa, bukankah semua itu adalah persoalan besar dan bukan hal kecil seperti yang Bapak maksud? Ya saudaraku, kita tidak bisa tidak, akan melihatnya sebagai sebuah peristiwa besar yang memilukan setiap hati dan mata. Peristiwa kemanusiaan yang penuh tragedi dan bela sungkawa. Memang itulah adanya.

Akan tetapi, bagaimanakah selama ini Anda melihatnya dengan kaca mata self development, dari kacamata pengembangan diri Anda sebagai seorang pembelajar? Anda mungkin lupa, atau bahkan Anda mungkin belum melihatnya. Itulah yang terjadi, dan itulah yang mungkin sudah terlanjur menjadi kebiasaan. Anda mungkin telah melupakan, bahwa itu bukan hanya peristiwa sosial yang nyata, akan tetapi juga pelajaran untuk pengembangan.

Maka, tidak aneh jika kemudian muncul berbagai reaksi terhadap semua itu, yang seolah-olah berkata, "kok bisa ya?" Ya tentu saja bisa! Lha wong selama ini sudah terlihat dengan jelas bahwa arahnya memang ke sana kok. Hanya saja, selama ini banyak orang hanya melihatnya sebagai sebuah fenomena sosial, fenomena melorotnya ekonomi, fenomena mundurnya sikap ke arah yang lebih "semau gue" dan "yang penting gue". Di mana fungsinya sebagai alat pengembangan diri, sebagai alat belajar dan antisipasi?

Hidup Anda bisa berubah hanya dalam sekian detik. Dan itu, Anda yang melakukannya, bukan Saya. Bukan siapa-siapa. Hidup kita bisa berubah dalam sekian detik, dan itu karena kita sendiri. Jika belajar Insya Allah positif, dan jika tidak tentu negatif. Seperti berbagai musibah yang terjadi selama ini.

Pertanyaan kedua, biasanya Saya jawab dengan berkaca pada berbagai kenyataan lain, yang melekat pada diri kita. Apakah uang Anda permanen? Apakah Anda akan selalu sehat sejahtera? Apakah nyawa Anda permanen? Apa yang harus Anda lakukan? Tentu saja memeliharanya selagi bisa!

Dan khusus untuk workshop Saya yang tentang percaya diri itu, Saya kembalikan saja kepada si penanya, bahwa semua ini adalah tentang mempercayai diri sendiri. Maka, seberapa jauh dan kuatkah keinginannya, untuk mempertahankan dan memelihara rasa percaya diri itu? Seberapa percayakah Anda, bahwa Anda memang akan selalu percaya diri? Tahukah Anda cara mempertahankannya?

Pada intinya, Anda tidak punya pilihan lain, kecuali melakukan tugas memelihara, sebagai limpahan tugas dari Tuhan Yang Maha Pemelihara. Sebesar apapun yang diamanatkan kepada Anda, dan tentu saja: sekecil apapun adanya.

TIDAK ADA YANG KECIL UNTUK PENGEMBANGAN DIRI ANDA

Perubahan hidup seseorang adalah sebuah titik balik. Adalah benar bahwa prosesnya berjalan dengan durasi dan eskalasi tertentu. Namun demikian, perubahan itu sendiri adalah sebuah titik. Sebuah titik puncak, yang karena merupakan puncak, seringkali terlewatkan dan dianggap kecil. Dan jika itu yang terjadi, maka bahkan prosesnya pun kita sering lupa. Kok bisa begini ya? Aku nggak habis pikir hasilnya seperti ini?

Adalah tidak aneh bahwa hidup seseorang bisa berubah - ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk, hanya dalam waktu yang singkat dan dengan sebuah peristiwa yang "kecil". Betapa banyaknya kisah sufi yang memberi contoh, bahwa hal kecil adalah pelajaran yang sangat besar dan berharga. Maka, janganlah lagi Anda meremehkan apa yang Anda sebut dengan kecil, sebentar, singkat, "se-upil", "teri", minim, pendek, atau sekilas saja. Berhati-hatilah, karena semua itu sangat mungkin bisa merubah hidup Anda.

Jika Anda mabuk kemudian, Anda menusuk seseorang hingga mati, maka hidup Anda jelas berubah.
Jika Anda tidak sengaja menabrak orang lain hingga sekarat, hidup Anda juga akan berubah.
Berapa detik?

Perubahan besar di dalam hidup Anda, juga bisa terjadi "hanya" karena hal-hal yang "kecil".

Seorang peserta workshop Saya, menyatakan sangat puas di sore hari setelah selesai acaranya. Akan tetapi, ada pernyataan dia yang membuat Saya ingin menyelidiki. Pernyataan kepuasan itu, diutarakan dengan menyisipkan kata "padahal". "Saya sangat puas, padahal Saya ikut workshop ini dengan tanpa sengaja." Dua hal bahkan yang menggoda Saya, "padahal" dan "tanpa sengaja".

Waspadalah, there is no such thing as "padahal" dan "kagak sengaja". Semuanya adalah keputusan Anda. Dan tidaklah bijaksana jika Anda mengatakan "padahal" dan "tidak sengaja", hanya berdasarkan fenomena fisik saja. Sebab jika Anda terjerat olehnya, Anda cenderung mengecilkan berbagai hal yang sebenarnya besar dan bisa merubah hidup Anda.

To be continue......

By : Rose Mariadewi(Wakil Pratama)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Resensi Novel Negeri 5 Menara

Sekitar awal Mei 2010, ada sesuatu hal yang membuat saya semakin betah tinggal di sini. Perpustakaan Umum Kota Cimahi, yang baru saya ketahui keberadaannya dari adik-adik Scout One (Pramuka SMP Negeri 1 Cimahi). Letaknya di kawasan Pemkot Cimahi. Koleksi bukunya tidak terlalu banyak untuk ukuran Perpustakaan Umum milik pemerintah, namun cukup membuat mata saya berbinar-binar ketika pertama kali melihat jajaran beratus-ratus buku di rak.

Segera saya bertanya kepada petugas tentang prosedur menjadi anggota perpustakaan. Dalam waktu empat hari, saya kembali lagi sambil membawa formulir, fotocopy identitas, dan dua lembar foto. Tidak sabar segera melahap isi buku-buku berkualitas secara gratis!

Tidak sengaja, saya menemukan sebuah novel berjudul “Negeri 5 Menara”, melihat cover-nya sekilas membuat saya tertarik. Terdapat tanda “National Best Seller”, komentar Andy F. Noya, host acara Kick Andy, dan ilustrasi yang cukup apik di bagian depan. Sampul belakang berisi sedikit sinopsis dan sepuluh komentar dari tokoh-tokoh terkenal tentang novel tersebut. Tanpa pikir panjang, saya pun meminjamnya.

Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Alif, remaja yang baru lulus MTs Negeri di Kabupaten Agam, mempunyai cita-cita untuk masuk SMA favorit di Bukittinggi bersama Randai, teman karibnya. Namun apa daya, keinginannya tersebut tidak mendapat restu amak dan ayahnya. Mereka menginginkan Alif untuk melanjutkan pendidikan di sekolah agama, dengan harapan Alif dapat menjadi pemimpin umat yang besar. Pikiran Alif dan kedua orangtuanya berseberangan.

Sebuah surat dari paman Alif memberinya sebuah keberanian untuk mengambil keputusan, dia mau sekolah agama, namun tidak di Bukittinggi atau Padang, melainkan sebuah pondok di Jawa. Sebuah keputusan setengah hati, sebagai wujud pemberontakan.

Pondok Madani. Sebuah pondok pesantren modern yang terletak di pelosok Ponorogo Jawa Timur yang menjadi kawah candradimuka bagi ribuan muridnya. Disitulah lembar petualangan Alif dimulai. Alif menjadi salah satu dari 400 murid baru yang lolos seleksi untuk masuk Pondok Madani (PM).

Bersama Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Baso dari Gowa, Dulmajid dari Madura, dan puluhan murid lainnya, Alif menempati kamar berkapasitas 30 orang, di asrama Al-Barq. Bangun pagi jam 4.30, mengikuti aturan berpakaian sopan dan pada tempatnya, harus memakai papan nama kapan saja di mana saja, tidak dibenarkan memakai bahasa daerah dan bahasa Indonesia (untuk murid baru mendapat toleransi 4 bulan pertama), tiga kali seminggu mengikuti latihan pidato dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia (pengecualian), setiap kamis sore berlatih Pramuka, boleh tidur jam 9.30 malam, dan berbagai peraturan lain harus ditaati. Pelajaran dari pagi hingga sore hari, berbagai aktivitas pengembangan diri mulai olahraga, seni, jurnalistik, dan Pramuka, belajar malam, membuat jadwal keseharian mereka menjadi begitu padat.

Man jadda wajada, adalah pelajaran hari pertama di PM, sebuah kata mutiara sederhana tapi kuat, yang akan menjadi kompas kehidupan mereka kelak. Alif dan lima orang temannya menorehkan sejarah baru. Mereka berenam adalah anak baru yang pertama mendapat kehormatan menjadi pesakitan di mahkamah pusat, walaupun telah mendapat hukuman jewer berantai di tengah lapangan, gara-gara terlambat beberapa menit ke masjid. Hukumannya adalah menjadi jasus, mencari murid-murid pelanggar aturan dan mencatatnya serta melaporkannnya ke kantor keamanan pusat.

Keakraban mereka semakin erat, mereka memilih sebuah markas pribadi untuk berkumpul, bersantai menunggu maghrib, dan tempat mencari ketenangan. Lokasi yang terpilih yaitu dasar menara masjid. Sahibul Menara, menjadi nama julukan mereka berenam. Di situlah mereka memperdebatkan bentuk awan yang terlihat di langit.

Suasana dan lingkungan pondok dibuat sedemikian rupa, semua yang didengar, dan dilihat adalah bahasa Arab dan Inggris. Mulai pengumuman di masjid, berita radio yang selalu memutar BBC, VOA dan radio Timur Tengah. Dimana-mana para murid banyak yang membawa buku mufradhat untuk menghafalkan kosa kata, ketika sedan antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan olahraga. Sehingga bukan sesuatu yang mustahil dalam waktu 4 bulan murid baru dapat berbicara bahasa Arab dan Inggris.
Di bawah menara mereka berdebat tentang bentuk awan di langit, Alif melihat awan menjelma menjadi benua yang didatangi Columbus 500 tahun silam, Amerika. Raja melihatnya sebagai benua Eropa. Atang dan Baso menafsirkannya menjadi kontinen Asia dan Timur Tengah. Sementara Said dan Dulmajid melihatnya sebagai peta Indonesia.

Dengan bimbingan dari almukarram Kiai Rais (pemimpin pondok), Ustad Salman (wali kelas), dan ustad-ustad lainnya, Alif dan teman-temannya menjalani kehidupan di PM dengan berbagai cerita.

Novel ini adalah novel pertama dari trilogi Negeri 5 Menara, mengingatkan saya dengan Tetralogi Laskar Pelangi yang sama-sama menceritakan sekumpulan anak muda yang menjalani masa-masa pencarian jati dirinya serta berani bermimpi tentang masa depan. Berbagai kisah melukiskan kehidupan pondok yang selama ini jarang diketahui oleh publik, apa saja hal yang mereka pelajari, kedisiplinan, tingkah laku murid, serta pola pendidikan pondok.

“Sebuah novel yang terinspirasi kisah nyata”, begitulah sebaris kalimat di sampul depan. Membuat saya berasumsi bahwa kurang lebih seperti itulah kehidupan yang dialami oleh murid-murid di Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur (pengarangnya adalah alumni Pondok Modern Gontor). Memberi gambaran tentang kehidupan beberapa sahabat saya yang pernah tinggal di pondok.
Pertama, masa remaja salah satu rekan seperjuangan saya, teman sekelas dan penerima beasiswa PT Ultrajaya, Nicho Budayana Mustofa yang 6 tahun mondok di Purworeja Jawa Tengah. Selain itu teman SMP asal Surabaya, Ahmad Nashruddin yang jadi santri salah satu Pondok Pesantren di Singosari. Dan sahabat SMP saya yang saat ini menuntut ilmu di Pondok terkenal lain di Jawa Timur, Muhammad Hafy di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Sedikit bernostalgia, sekitar tahun 2001, saya berkesempatan mengikuti Jambore Cabang (pertemuan Pramuka tingkat Penggalang), disitulah saya mendengar nama Pondok Pesantren Gontor yang mampu mencetak anggota Pramuka yang berkualitas dan mampu menarik perhatian peserta lain ketika mereka mengikuti even-even kepramukaan baik tingkat daerah maupun nasional. Rupanya pola pendidikan dan kehidupan keseharian di pondok tersebut, serta penerapan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan terintegrasi dengan baik. Sekali Pramuka, tetap Pramuka :)

Kepiawaian penulis yang berprofesi sebagai wartawan ini dalam meramu kata demi kata menjadi paragraf patut mendapatkan apresiasi. Buku yang sangat inspiratif, mengutip salah satu baris pada novel tersebut, “uthlubul ilma walau bisshin”, “tuntutlah ilmu, bahkan walau ke negeri sejauh Cina”… Kalau saya cukup di Tanah Sunda :). Menguatkan keyakinan dan niat kembali yang kadang naik turun, bahwa keberadaan saya di perantauan ini untuk menuntut ilmu, dan harus bersemangat, tidak hanya sekadar menjalani tapi juga memaknai (pinjam kalimatnya Kak Rahmat!).

Keputusan Alif yang awalnya adalah sebuah keputusan setengah hati sebagai wujud pemberontakan terhadap keinginan kedua orangtuanya, perlahan dengan usaha kerasa menjadi sebuah keyakinan bahwa betapa beruntungnya dia menempuh pendidikan di PM, bertemu dengan orang-orang yang ikhlas menjadi pengajar walau tanpa digaji, demi mendapat ridho Allah SWT. Hal tersebut sedikit menyentil hati saya, Mekatronik (jurusan saya) adalah satu-satunya pilihan untuk mengenyam jenjang pendidikan tinggi. Dan takdir saya pun di sini, berhasil lolos dalam kompetisi ketat (seperti Alif dalam seleksi masuk PM). Namun lambat laun menjadi sebuah perjalanan hidup yang harus diterima dengan ikhlas hati, walaupun tidak mudah juga. Betapa beruntungnya mendapat kesempatan ini. Terpilih karena memilih (lagi, mengutip kalimat Kak Rahmat).

“uthlub ilma minal mahdi ila lahdi”, “tuntutlah ilmu dari buian sampai liang lahat”. Satu lagi petuah bijak yang ada dalam novel ini. Apapun kondisi kita, menuntut ilmu, belajar, dari apapun, dimanapun, kapanpun adalah suatu kebaikan.

Tokoh-tokoh yang berkomentar dalam buku ini adalah para tokoh terkenal antara lain BJ Habibie, Riri Riza, KH. Hasan A. Sahal (Pimpinan Pondok Modern Gontor), Kak Seto (Ketua Komnas Perlindungan Anak), Ary Ginanjar (Pengarang ESQ), Erbe Sentanu (Pengarang Quantum Ikhlas), Helvy Tiana Rosa (Sastrawan), Gamawan Fauzi (Gubernur Sumatera Barat).

Penulis yang juga alumni HI Unpad, George Washington University, Royal Holloway, University of London akan meluncurkan buku kedua trilogi ini yang berjudul Ranah 3 Warna beberapa bulan mendatang. Sebagian royalti penjualan buku digunakan untuk mendirikan Komunitas Menara, organisasi sosial berbasis volunteerism yang menyediakan sekolah, perpustakaan, klinik dan dapur umum gratis untuk kalangan tidak mampu.

Simak wawancaranya dengan Andi F. Noya pada tayangan Kick Andy tanggal 14 Mei 2010 pukul 21.30 dan 16 Mei 2010 pukul 15.30 untuk mengetahui lebih jelas tentang Negeri 5 Menara dan penulisnya, A. Fuadi.

“man jadda wajada”, “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”


Syair pembuka Negeri 5 Menara, karangan Imam Syafi’i…

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.


-Marlitha Giofenni-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perempuan Juga Bisa Jadi Pemimpin



MEDAN – Raden Ajeng Kartini tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum memperjuangkan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum.
Nurlisa Ginting, sosok birokrat perempuan yang sekarang terjun ke dunia politik menilai, peran perempuan saat ini sangat jauh berkembang dalam mengisi emansipasi, terumata di dalam bidang pemerintahan, baik di tingkat eksekutif maupun pada legilslatif dan yudikatif.

“Artinya, perempuan pun bisa menjadi pemimpin di segala bidang,” katanya kepada Waspada Online, tadi siang, menyikapi makna Hari Kartini tahun 2010.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumut ini juga menilai peran/emansipasi perempuan sudah sangat meningkat dalam pengabdian pada public dengan berbagai macam latar kehidupan. Sehingga saat ini tidak ada lagi permasalahan gender untuk menjadi pemimpin.

Dikatakan, majunya dirinya sebagai calon wakil walikota juga sebagi sutau bentuk emansipasi dan partisipasi kaum perempuan dalam mengisi pemerintahan yang bertujuan juga untuk membela kepentingan perempaun yang selama ini masih ada kesan diskriminasi.

“Lihat saja bagaimana tindakan pelecehan terhadap perempuan, termasuk trafficking, ini tidak boleh terus terjadi dimasai mendatang,” sebutnya.
Nurlisa juga menilai tidak alasan perempuan tidak bisa menjadi pemimpin dalam kehidupan bernegara, yang dikaitkan dengan agama, bahwa perempuan tidak boleh menjadi imam.

“Yang tidak boleh, perempuan menjadi imam sholat yang jemaahnya laki-laki,” katanya.
Jadi, ujarnya lagi dalam pencalonannya maju bukan hanya sekdera untuk gagahan saja, apalagi sampai melupkan kodratnya sebgai perempuan, tapi perempuan juga punya hak dan kesempatan yang sama dalam pemerintahan.



sumber : waspada.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Piket? Apa sih Piket Itu?

Menurut ka della piket itu bkan hanya tuk membersihkan, merapihkan ,atau apalah itu tp sebenarnya piket itu untk memperkuat persatuan kesatuan diantara kita.

Menurut ka widya piket itu bkan hanya sekedar sapu-sapu , beberes tpi lebih ke menjga kerapihan, kebersihan dan keamanan tempat itu sendiri.
Menurut ka berlin piket itu suatu kelompok jaga yang memiliki tugas. dengan kita menjaga kebersihan dan kerapihan itu sdah termasuk piket. jd orang akn lebih leluasa mnjalankan piket apabila pengertian piket itu sendiri lebih d sederhanakan.

Menurut ka elsa piket itu kegiatan bersih-bersih.
Menurut ka icha piket itu kegiatan membersihkan yang kotor.

Menurut ka rose piket itu berarti menjaga keamanan dan kerapihan lingkungan.


tpi pda intinya mah, piket itu simple bgt !! kita cuma d suruh menjaga keamanan, kerapihan, dan kebersihan tempat itu sendiri. piket ga akan kliatan ribet klo kita selalu menerapkan prinsip BEBAS KOMIBA! msih inget kn tentang BEBAS KOMIBA ?? BEBAS KOMIBA itu, klo ada yg berantakan-rapihkan, basah-keringkan, kotor-bershkan, miring-luruskan, bahaya-amankan ! begitu jga dgn piket d scoutone ! cuma bedanya piket d scoutone itu tjuan utamanya untuk memperkuat kebersamaan diantara kita ! selain itu untuk menjaga keramaian d basement kita tercinta ! jdi basement teh ga pernh sepi tpi selalu diisi dgn para khalifah muda yang tangguh dan bidadari surga yang ceria :)


-dekan matik-
sumber gambar : pakarhowto.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS